Apa Arti Kemenangan Timnas di SEA Games?
Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan ajang ini merupakan penantian panjang selama 32 tahun dan menjadi bukti kerja keras para pemain untuk meraih kemenangan.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo memastikan pemerintah akan memberikan penghargaan atau reward kepada timnas U-22 Indonesia yang berhasil meraih medali emas.
Meski begitu, dia tidak membeberkan besaran reward yang akan diberikan pemerintah kepada seluruh atlet peraih medali emas SEA Games.
“Nanti kita pikirkan penghargaannya, tapi akan kita berikan. Karena sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat Indonesia, sudah 32 tahun,” kata Jokowi, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (17/05). ) . . Pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni mengaku bisa memahami euforia masyarakat Indonesia atas kesuksesan timnas. Ia hanya menilai masyarakat tidak perlu melebih-lebihkan.
Baginya, kemenangan ini menunjukkan bahwa level sepak bola Indonesia masih berada di level Asia Tenggara.
Publik Indonesia, kata dia, patut berbangga jika timnas bisa meraih kesuksesan di kompetisi terbesar seperti Olimpiade dan Piala Dunia.
Sebab menurut Kusnaen, kualitas atau kemampuan pesepakbola Indonesia tidak kalah dan tidak setara dengan Thailand dan Vietnam. “Sebagai negara sepak bola yang dikenal sebagai salah satu yang terkuat di Asia Tenggara, seharusnya bisa menang. Tapi faktanya SEA Games tidak bisa menang meski digelar dua tahun sekali, sehingga harus menunggu 32 tahun.” kata Mohamad Kusnaeni kepada BBC News Indonesia, Rabu (17/05).
Kesuksesan Rizky Ridho cs di SEA Games merupakan kemenangan kedua Indonesia di cabang olahraga sepak bola.
Indonesia pertama kali menjadi juara pada tahun 1991. Setelah itu, mereka dengan cepat meraih gelar juara. Empat peluang meraih medali emas gagal saat Indonesia mencapai final pada 1997, 2011, 2013, dan 2019.
Tim nasional sepak bola Thailand memimpin SEA Games dengan 16 gelar, disusul Malaysia dengan enam gelar, dan Myanmar yang meraih lima gelar.
“Selama ini Indonesia https://tanjungduren.com/ kalah karena kebobolan, kalah adu penalti. Jadi sepertinya mereka tidak bad mood untuk pertandingan atau hasilnya,” ujarnya.
Meski diakuinya, yang membedakan pertandingan kali ini adalah permainan dan kematangan emosi para pemainnya. Menurutnya, hal itu terlihat dari ketenangan para pemain saat berada di bawah tekanan, setelah kebobolan di babak kedua dan skor menjadi 2-2. Kemudian wasit mengeluarkan beberapa kartu merah.
“Tidak mudah menjaga kematangan emosi dan tetap tenang.”
“Hal ini terjadi karena beberapa pemain muda rutin bermain di kompetisi profesional papan atas. Dengan demikian, keterampilannya meningkat, permainannya, dan kematangan emosinya terbentuk.”
Hampir 90 persen timnas U-22 rutin bermain di Ligue 1.